[Oleh: Adam Mohammad Homsyah]
"Where did we come from? Why are we here? Where do we go when we die?". Demikian penggalan lirik dalam sebuah lagu berjudul Spirit Carries On yang dipopulerkan oleh band rock asal Boston, Dream Theater.
Sejalan dengan kitab Nizham Al-Islam karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani yang menyatakan terdapat tiga pertanyaan mendasar yang harus kita pecahkan dalam kehidupan ini. Darimana kita berasal, untuk apa kita hidup di dunia ini, dan akan kemanakah kita setelah kita mati?
Menurut Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, pemecahan yang benar tidak akan dapat ditempuh kecuali dengan al-fikru al-mustanir (pemikiran cemerlang) tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta apa yang ada sebelum kehidupan dan sesudah kehidupan dunia.
Berikut penjabaran singkat yang dapat penulis paparkan:
Jika dirangkum, terdapat tiga komponen yang dapat kita jangkau oleh akal, yakni manusia, alam semesta, dan kehidupan.
Jika dirangkum, terdapat tiga komponen yang dapat kita jangkau oleh akal, yakni manusia, alam semesta, dan kehidupan.
Pertanyaan pertama, darimana manusia, alam semesta, dan kehidupan berasal? Apakah ada begitu saja dengan sendirinya? Atau itu semua ada yang menciptakan? Jika ada yang menciptakan, lantas siapakah yang menciptakan itu semua?
Pertanyaan kedua, untuk apa manusia hidup di dunia?
Pertanyaan ketiga, akan kemana manusia setelah kehidupan dunia (kematian)?
Untuk menjawab pertanyaan yang pertama perlu mensepakati terlebih dahulu bahwa manusia, alam semesta, dan kehidupan adalah bersifat terbatas, lemah, serba kurang, dan membutuhkan yang lain. Sebagaimana manusia yang hanya dapat tumbuh dan berkembang pada batas tertentu, begitupun alam semesta yang merupakan himpunan dari benda-benda angkasa yang setiap bendanya memiliki keterbatasan, begitupula dengan kehidupan setiap individu manusia yang ada awal dan akhirnya.
Dapat kita simpulkan bahwa segala sesuatu yang bersifat terbatas pasti diciptakan oleh "sesuatu yang lain" yang bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir), itulah yang disebut dengan Al-Khaliq (Sang Pencipta). Dialah yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan.
Sebagaimana telah kita pahami bahwa dalam proses penciptaan hanya terdapat dua pihak, yakni pencipta dan yang diciptakan (makhluk). Jika manusia, alam semesta, dan kehidupan merupakan makhluk ciptaan. Lantas, siapakah yang menciptakan ketiga unsur tersebut?
Dalam menentukan keberadaan Pencipta ini akan kita dapati tiga kemungkinan. Pertama, Ia diciptakan oleh yang lain. Kedua, Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Ketiga, Ia bersifat azali (tidak berawal dan tidak berakhir) dan wajibul wujud (wajib keberadaannya).
Kemungkinan pertama bahwa Ia diciptakan oleh yang lain adalah kemungkinan yang bathil, tidak dapat diterima oleh akal. Sebab, bila benar demikian, tentu Ia bersifat terbatas. Begitu pula dengan kemungkinan kedua, yang menyatakan Ia menciptakan diri-Nya sendiri. Jika demikian berarti Dia sebagai makhluk sekaligus Khaliq pada saat yang bersamaan. Hal yang jelas-jelas tidak dapat diterima oleh akal. Karena itu, Al-Khaliq harus bersifat azali dan wajibul wujud. Dialah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Terjawablah pertanyaan pertama, darimana manusia, alam semesta, dan kehidupan berasal. Yakni manusia, alam semesta, dan kehidupan diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Setelah pertanyaan pertama terjawab, mudah bagi kita untuk menjawab pertanyaan kedua. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi, “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,”.
Begitupun dengan jawaban dari pertanyaan ketiga, akan kemana manusia setelah kehidupan dunia (kematian). "Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada hari Kiamat," (Al-Mu’minun [23]:15-16). Kemudian manusia akan melalui perjalanan panjang seperti Padang Mahsyar, yang akhirnya setiap manusia akan mempertanggung jawabkan iman serta setiap amalnya yang ia lakukan selama hidup di dunia di hadapan peradilan Allah. Kemudian, manusia akan dikembalikan ke syurga atau neraka sesuai iman dan amal perbuatannya di dunia. Wallohu a'lam bish-shawab!
[Tulisan ini disadur dari kitab Nizham Al-Islam karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani]
0 Response to "Dari Mana, Untuk Apa, Akan Kemana?"
Post a Comment